Saturday, February 23, 2013

sebut saja si tegar

       waktu senja itu, hujan menjatuh kan titik-titik air yang tak tertahankan lagi kebumi, beberapa anak-anak menikmati hujan yang bertamu itu dengan menari-nari dibawah nya, termasuk aku, dengan diam, aku menikmati hujan itu, tidak perduli mereka menertawakan kekonyollan ku, karna saat itu mungkin aku orang yang paling tua, untuk melakukan hal yang demikian, tapi aku tetap saja menutup telingaku menikmati tetesan demi tetesan air yang membasahi sekujur tubuhku, berharap, air hujan yang turun itu meredamkan semua amarah ku, sebab peristiwa tadi pagi sangat membakar amarahku. Mengoyak hati, menyiksa perasaan ku.

"sudahlah, aku tau itu sangat sulit kau terima, tapi lupakanlah", ujar Beggy sahabat wanita ku, sambil meneduhkan payung di atas kepalaku.

 "aku hampir, selesai, biarkan hujan ini membasahi tubuh ku beberapa menit lagi", kata ku sambil melangkah menjauh membelakangi, Beggy.

Aku tidak memperdulikannya, tapi tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang hangat meraba di punggung ku,  lalu ada sepasang tangan yang mungil bersilang di dadaku, untuk sejenak aku fikir itu Beggy, tapi kedua tangannya sepi, tidak ada assesoris seperti tangan Beggy, aku memastikan siapa yang berani-berani memeluk ku dari belakang, bagi ku itu suatu pencurian.

"kenapa !!! kau ada disini,? sudah aku bilang lebih baik kau mati !!!, maafku, aku tidak butuh itu !! enyalah dari hadapan ku, jangan sentuh aku dengan tubuh kotor mu itu !!!," ucapku spontan ketika melihat wanita yang memelukku itu adalah Mutiara

    Ia, Mutiara, dia wanita yang sangat aku cinta, bersamanya kau bisa lalui semua, bersamanya aku jadi diriku sendiri, bersamanya aku bisa memastikan kalau setiap hembusan nafas kami pasti seirama, aku sangaatt mencintainya, sampai-sampai aku lupa untuk mencintai diriku sendiri, 

                                                                       ~bersambung

No comments:

Post a Comment